Salahkan Cinderella atau Walt Disney yang
selalu membuat akhir cerita sampai si tokoh Utama berakhir di pesta pernikahan
nan fancy dengan gaun gaun cantik dan pangeran tampan. Karena di dunia nyata
selain susah sekali nemu pangeran tampan, baik hati,kaya raya dan naik kuda (
baca naik porche or ferary ), yang namanya membuat pesta menikah itu sulit
sekali dan lebih sulit lagi menjalanin pernikahan setelah pesta semalam suntuk.
Beruntunglah saya karena akhirnya (
ok...mungkin beberapa bulan lagi ) menemukan Matt. He’s such a nice guy, smart
and good looking. Ketika kita mulai bicara untuk menikah, saya mulai dengan
bingung sekali, seperti harus mulai dari mana ya??.
Saya tentu menginginkan pesta kecil yang
cantik dengan orang-orang yang deket dengan hidup saya, tapi ternyata membuat
sebuah party kecilpun biayanya cukup besar. Itu masih belum seberapa, karena
begitu mulai membicarakan pernikahan, kita seperti bertemu dengan tembok besar
sekali bernama MONEY!.
Dikarenakan saya lebih suka menghabis-habiskan
duit saya untuk travelling dan bapak saya yang konon kurang menyukai pernikahan
anaknya dengan bule, jelas mengeluarkan ultimatum semua harus kamu biaya
sendiri. Itu masih belum seberapa karena ternyata kesalahan masa muda membeli
sebuah rumah dari fasilitas housing loan di kantor, sekarang menghantui saya
untuk melunasi hutang itu sebelum secara resmi resign dari kantor dan ikut
pindah dengan Matt.
Menikah di Indonesia itu kan menggabungkan
2 keluarga, which is dalam kasus saya sekarang rasanya cuman menggabungkan Matt
dengan keluarga saya, karena kemungkinan besar keluarga dia tidak datang.
Seharusnya ini lebih mudah dong,karena saya punya kuasa 100 persen untuk pesta
yang saya mau. Masalahnya adalah saya sendiri sebenarnya tidak tertarik untuk punya
pesta lagi di Indonesia. Mungkin hanya kumpul-kumpul keluarga aja.
Nah....kumpul-kumpul keluarga seperti apa
yang saya mau???. Keluarga dekat saya tidak terlalu banyak, dan ini saya tau
banget, paling akan ada acara syukuran selepas akad nikah. Ini mungkin gak
susah, karena biasanya ini paling ngundang keluarga nyokap ( cuman dikit ) dan
keluarga bokap yang sekarang udah gak akur lagi ( paling juga dikit banget) dan
beberapa temen-temen orang tua saya yang lumayan kenal dengan saya juga.
Acaranya mungkin hanya makan-makan, well karena ibu saya sudah tua dan saya
males ribet, bagaimana kalo kita pesan catering aja? Berapa biayanya??
Wahhhh....ini yang saya sangat mau tau sekarang hihihi. Tapi sejujurnya aku
juga males lohhhhhhh rame-rame ( anak durhaka mode on ).
Saya sempat sih mikir, setelah acara
keluarga dan show off siapa suami saya nanti ke keluarga dan mungkin beberapa
tetangga dekat rumah, mungkin saya mau ngundang semua temen-temen deket saya
dan mungkin temen deket Matt untuk punya acara di Taman Simalem Resort / Danau
Toba. Saya sudah pikir tempat ini lumayan menyenangkan dan punya cerita untuk
kami berdua. Well kami bertemu lagi setelah putus kan di Danau Toba.
Nah...nah...setelah venue ok, saya mulai bayangkan kayak apa ya pestanya?? Lah
koq gak nemu apa yang saya mau hahaha. Sekarang loh saya cuman bayangkan semua
orang berkumpul, mungkin bisa minum dan bbq ( beuhhhhhh koq jadi pesta bbq??).
kayak pesta taon baruan ala orang indo dong, minum-minum dan bakar-bakar ikan
hihi.
Sekarang bagaimana dong pesta yang saya
mau?? Oh TUhan....rasanya saya gak mau pesta aja karena saya sudah bayangkan
tetek bengek ( keperluan ) yang harus saya beli dan penuhi ketika baru menikah
nanti. Contoh beli tiket ke US, gadget baru ( penting loh, karena setelah pindah
ke US, otomatis hanya gadget yang mendekatkan dengan orang-orang di Indo ),
furniture baru, walo saya confirm dengan Matt, sebenarnya tidak masalah saya
pakai barang-barang dia yang lama, peralatan masak memasak ( note belajar masak
sebelum pindah ) karena harus masak sendiri dan gak mungkin beli di luar terus
atau nebeng orang tua Matt, trus bayar sewa apartement atau beli rumah. Itu
masih yang primer dan membayangkannya aja saya udah mules dan pengen nangis.
Banyak banget yaaaa yang mesti dibeli dan dibayar. List ini akan bertambah trus
seiring semangkin dekat waktunya kami menikah, dan Matt masih harus sekolah
trus aku ngangur aka homeless hiks...
Beruntunglah Cinderella, karena dia gak
mikirin beli perabotan rumah baru, gak mikir beli baju baru, gak mikir beli
gadget baru ( karena dia gak punya keluarga kan???, bapaknya udah meninggal
dalam cerita itu ) dan gak mikir setelah nikah dia gak mikir mesti beli
ansuransi, gak mikir kalo jalan-jalan butuh berapa banyak duit....
Arghhhhhhhhh kenapa sih di buku dongeng
hanya sampai pesta pernikahan aja????
0 comments:
Post a Comment