Benda Kecil dan lucu Di Perut

Tahun 2009 kemaren saya menemukan sesuatu di daerah rahim dan indung telur saya ketika medical check up. Bukan benda kecil yang lucu atau menyenangkan sih, wahhhhhh jauhhhh dari menyenangkan. Pertama kali denger saya diem dan bengong trus browsing, waktu itu saya masih pacaran dengan Fani dan ibu dia baru aja operasi payudara karena tumor ( atau apa gitu ya ), sehingga saya cukup shock tapi juga gak ngerasa khawatir karena ibu dia baik sekali, seperti selalu mau diskusi kalo itu bukan the end of the world.

Lalu masih di tahun yang sama, saya inget sekali mendiang ibu Bambang ( ibu kos saya ) ngomong kalo kamu di operasi, kamu tetap aja di Surabaya, nanti biar suster dia yang ngurusin, kebetulan saya juga deket banget ama susternya, sehingga saya udah siap-siap nih untuk operasi dan putus dengan Fani, tapi putusnya bukan karena benda ini koq hahaha.

Karena suatu dan lain hal, dokter yang nanganin saya akhirnya diganti. Saya tuker dokter ke Prof. Agus Abadi. Suatu hari saya ketemulah dengan Prof ini untuk membicarakan jadwal operasi. Orangnya sudah tua dengan suara serak dan baik hati sekali. Saya datang dengan ketakutan sebenarnya, ini operasi yang cukup menakutkan untuk saya.

Hasilnya tidak perlu operasi, saya hanya perlu menikah secepatnya dan segera coba untuk hamil. Ohh iya saya punya kista di indung telur yang cukup besar ( lebih dari 5 cm ) dan punya miom di rahim. Saya masih ngotot sih waktu itu mau operasi aja, tapi dia juga ngotot gak mau dan bilang semua ok, gak perlu minum obat dan bla....bla......

Trus...trus......mba-mba pemalas ke dokter ini, kemaren ke Prof Agus lagi, wew....setelah bertahun-tahun loh. setelah nunggu 30 menit, saya masuk  ke ruang prakteknya. Tiduran di tempat tidurnya trus mulai di periksa. Asli yahhhhhhhh gak lucu sama sekali tahu kalau si benda imut itu semangkin membesar. Yahhh dia bilang gak agresif sih, sehingga ini jenisnya jinak, tapiiiiiiiiiii dia membesar. Saya masih cengengesan aja sih, gak khawatir sama sekali karena saya pikir, halah sudahlah, toh dulu saya udah siap untuk dibuang koq.

Setelah main-main dengan benda yang diputer-puter di sekitaran perut saya, saya duduk di depan meja Prof Agus, kita mulai berdiskusi apa harus dilakukan dengan benda lucu itu. Dibuang atau ditahan sampai saya hamil ( nanti...... ). Di buang pasti ada resiko, gak dibuang juga ada resiko, bahhh 

Saya sih lebih tabah kemaren “ tsahhhhh”, gak khawatir juga tapi juga bingung. Saya kan gak ngerti ya apa yang akan terjadi nanti-nanti. Entah kalo saya nikah trus suami saya fine-fine aja kalo saya gak punya bayi atau gimana kalo gak ok, trus sebenarnya saya pengen gak sih ?. haduh...saya bingung sekali dengan apa saya mau dan apa saya akan dapat nanti??