Wednesday, February 15, 2012

The Wedding


Salahkan Cinderella atau Walt Disney yang selalu membuat akhir cerita sampai si tokoh Utama berakhir di pesta pernikahan nan fancy dengan gaun gaun cantik dan pangeran tampan. Karena di dunia nyata selain susah sekali nemu pangeran tampan, baik hati,kaya raya dan naik kuda ( baca naik porche or ferary ), yang namanya membuat pesta menikah itu sulit sekali dan lebih sulit lagi menjalanin pernikahan setelah pesta semalam suntuk.

Beruntunglah saya karena akhirnya ( ok...mungkin beberapa bulan lagi ) menemukan Matt. He’s such a nice guy, smart and good looking. Ketika kita mulai bicara untuk menikah, saya mulai dengan bingung sekali, seperti harus mulai dari mana ya??. 

Saya tentu menginginkan pesta kecil yang cantik dengan orang-orang yang deket dengan hidup saya, tapi ternyata membuat sebuah party kecilpun biayanya cukup besar. Itu masih belum seberapa, karena begitu mulai membicarakan pernikahan, kita seperti bertemu dengan tembok besar sekali bernama MONEY!.
Dikarenakan saya lebih suka menghabis-habiskan duit saya untuk travelling dan bapak saya yang konon kurang menyukai pernikahan anaknya dengan bule, jelas mengeluarkan ultimatum semua harus kamu biaya sendiri. Itu masih belum seberapa karena ternyata kesalahan masa muda membeli sebuah rumah dari fasilitas housing loan di kantor, sekarang menghantui saya untuk melunasi hutang itu sebelum secara resmi resign dari kantor dan ikut pindah dengan Matt.

Menikah di Indonesia itu kan menggabungkan 2 keluarga, which is dalam kasus saya sekarang rasanya cuman menggabungkan Matt dengan keluarga saya, karena kemungkinan besar keluarga dia tidak datang. Seharusnya ini lebih mudah dong,karena saya punya kuasa 100 persen untuk pesta yang saya mau. Masalahnya adalah saya sendiri sebenarnya tidak tertarik untuk punya pesta lagi di Indonesia. Mungkin hanya kumpul-kumpul keluarga aja.

Nah....kumpul-kumpul keluarga seperti apa yang saya mau???. Keluarga dekat saya tidak terlalu banyak, dan ini saya tau banget, paling akan ada acara syukuran selepas akad nikah. Ini mungkin gak susah, karena biasanya ini paling ngundang keluarga nyokap ( cuman dikit ) dan keluarga bokap yang sekarang udah gak akur lagi ( paling juga dikit banget) dan beberapa temen-temen orang tua saya yang lumayan kenal dengan saya juga. Acaranya mungkin hanya makan-makan, well karena ibu saya sudah tua dan saya males ribet, bagaimana kalo kita pesan catering aja? Berapa biayanya?? Wahhhh....ini yang saya sangat mau tau sekarang hihihi. Tapi sejujurnya aku juga males lohhhhhhh rame-rame ( anak durhaka mode on ).

Saya sempat sih mikir, setelah acara keluarga dan show off siapa suami saya nanti ke keluarga dan mungkin beberapa tetangga dekat rumah, mungkin saya mau ngundang semua temen-temen deket saya dan mungkin temen deket Matt untuk punya acara di Taman Simalem Resort / Danau Toba. Saya sudah pikir tempat ini lumayan menyenangkan dan punya cerita untuk kami berdua. Well kami bertemu lagi setelah putus kan di Danau Toba. Nah...nah...setelah venue ok, saya mulai bayangkan kayak apa ya pestanya?? Lah koq gak nemu apa yang saya mau hahaha. Sekarang loh saya cuman bayangkan semua orang berkumpul, mungkin bisa minum dan bbq ( beuhhhhhh koq jadi pesta bbq??). kayak pesta taon baruan ala orang indo dong, minum-minum dan bakar-bakar ikan hihi.

Sekarang bagaimana dong pesta yang saya mau?? Oh TUhan....rasanya saya gak mau pesta aja karena saya sudah bayangkan tetek bengek ( keperluan ) yang harus saya beli dan penuhi ketika baru menikah nanti. Contoh beli tiket ke US, gadget baru ( penting loh, karena setelah pindah ke US, otomatis hanya gadget yang mendekatkan dengan orang-orang di Indo ), furniture baru, walo saya confirm dengan Matt, sebenarnya tidak masalah saya pakai barang-barang dia yang lama, peralatan masak memasak ( note belajar masak sebelum pindah ) karena harus masak sendiri dan gak mungkin beli di luar terus atau nebeng orang tua Matt, trus bayar sewa apartement atau beli rumah. Itu masih yang primer dan membayangkannya aja saya udah mules dan pengen nangis. Banyak banget yaaaa yang mesti dibeli dan dibayar. List ini akan bertambah trus seiring semangkin dekat waktunya kami menikah, dan Matt masih harus sekolah trus aku ngangur aka homeless hiks...

Beruntunglah Cinderella, karena dia gak mikirin beli perabotan rumah baru, gak mikir beli baju baru, gak mikir beli gadget baru ( karena dia gak punya keluarga kan???, bapaknya udah meninggal dalam cerita itu ) dan gak mikir setelah nikah dia gak mikir mesti beli ansuransi, gak mikir kalo jalan-jalan butuh berapa banyak duit....

Arghhhhhhhhh kenapa sih di buku dongeng hanya sampai pesta pernikahan aja????

0 comments:

Post a Comment